5 Desember
lalu terjadi nyaris tabrakan antar kapal perang AS dan China di perairan
Laut China Selatan. Menurut klaim pemerintah China, kapal penjelajah
berpeluru kendali AS, USS Cowpens, mengabaikan peringatan pihak China
dan nekat menerobos perairan tempat armada Angkatan Laut China tengah
berlatih.
Insiden ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan
setelah China menetapkan ADIZ (Air Defence Identification Zone /Zona
Identifikasi Pertahanan Udara) di atas pulau yang diperebutkan antara
Jepang dan China yaitu Senkaku atau Diaoyu di Laut China Timur pada 23
November 2013. AS dan dua sekutunya di kawasan yaitu Jepang dan Korea
Selatan telah menyatakan tak mengakui ADIZ tersebut dan tetap
menerbangkan pesawat mereka di wilayah udara itu tanpa merasa perlu
memberi tahu China terlebih dulu.
Apa sih ADIZ? Ia adalah
kawasan udara yang ditetapkan suatu negara sebagai suatu kawasan
peringatan dini berdasarkan persepsi ancaman yang dirumuskan
oleh negara itu. Luas wilayahnya ditetapkan berdasarkan luas darat dan
laut yang dikuasai oleh suatu negara. Kawasan yang ditetapkan itu
menjadi bagian pengawasan dari sistem pertahanan udara dengan
menggunakan radar, pesawat tempur, dan misil.
Tujuan
ditetapkannya ADIZ adalah untuk memberikan kesempatan adanya peringatan
dini bagi angkatan udara suatu negara terhadap kemungkinan adanya
pesawat asing yang menerobos kawasan udaranya dan untuk mengambil
langkah militer yang diperlukan.
Semua negara bisa membuat ADIZ
tergantung pada persepsi ancaman yang mereka rumuskan masing-masing.
Tak ada hukum internasional atau regional yang mengatur penetapan ADIZ.
Makanya ada negara yang luas cakupan ADIZ nya meliputi udara teritorial
sampai 12 mil lepas pantai, tapi ada juga yang meluaskannya bahkan
sampai wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 200 mil dari
pantainya.
Lalu apa persoalannya dengan ADIZ China? Pertama,
penetapan ADIZ China di tengah konflik sengketa pulau Senkaku atau
Diaoyu di Laut China Timur dengan Jepang telah mengirimkan sinyal yang
salah bagi para tetangganya yaitu Jepang, Korea dan Taiwan serta AS. Ia
tak hanya dipandang sebagai sebuah rumusan persepsi ancaman namun juga
upaya menunjukkan kekuatan dan keteguhan (assertiveness) China atas
klaimnya terhadap pulau Senkaku atau Diaoyu dan kesiapan terhadap
eskalasi konflik.
Kedua, China
memang berhak membuat ADIZ, tapi dari segi waktu (timing) dan tak adanya
konsultasi dengan para tetangganya mengakibatkan meningkatnya
ketegangan dan mengundang AS juga menunjukkan kekuatannya yang
berpotensi konflik militer seperti yang terjadi pada 5 Desember itu.
Ketiga, luas ADIZ China yang tumpang tindih (overlap) dengan ADIZ Korea
Selatan dan Jepang telah menimbulkan reaksi resiprokal di mana Korea
Selatan pada 8 Desember lalu kemudian mengubah dan memperluas ADIZ-nya
yang telah berumur 62 tahun. Perluasan itu mencakup 66.000 km persegi
tambahan luas wilayah dari ADIZ yang lama yang juga tumpang tindih
dengan ADIZ China.
Keempat, ADIZ China telah memancing reaksi
keras Jepang dengan mengerahkan pesawat tempur untuk melindungi wilayah
udaranya dan mengakibatkan meningkatnya insiden antara angkatan laut
kedua negara. Jepang juga meminta penerbangan sipilnya menolak otoritas
China di wilayah udara yang disengketakan. Tak ketinggalan, AS juga
menggerakkan pesawat pembom B 52 atas wilayah udara itu tanpa
memberitahu China.
Apakah akan segera terjadi konflik militer
di kawasan itu? Perlu dipahami bahwa China memberikan respon yang
berbeda-beda atas reaksi Jepang, Korea, dan AS dan secara umum masih
melihat pentingnya solusi diplomatik. China nampak menahan diri atas
ADIZ Korea Selatan yang diperluas dan hanya "menyesalkan" serta bertekad
akan mengomunikasi persoalan itu di jalur diplomatik dengan pihak Korea
Selatan.
Terhadap
Jepang, reaksi China lebih agresif. Ketika parlemen Jepang baru-baru ini
mengeluarkan resolusi yang meminta China membatalkan ADIZ-nya,
Kementerian Luar Negeri China menyatakan bahwa tuduhan Jepang mengenai
agresivitas China sama sekali tak berdasar dan telah mencampuradukkan
yang benar dan yang salah. Sedang terhadap AS, media China menilai bahwa
reaksi AS tersebut hanyalah cerminan ketakutan atas bangkitnya China
sebagai kekuatan utama dunia.
Konflik atas ADIZ di atas Laut
China Timur mencerminkan adanya hubungan jenis baru antara superpower
yang sudah ada (existing) dengan superpower baru yang sedang bangkit
(emerging) yang perlu dicermati dan didorong oleh komunitas global agar
tidak mengarah pada konflik militer yang tidak kita inginkan bersama.
(Merdeka)
No comments:
Post a Comment